Presiden Lebanon Tidak Ingin Perang Dengan Israel. Presiden Lebanon Joseph Aoun kembali tekankan keinginan Beirut hindari konflik baru dengan Israel saat bertemu delegasi Dewan Keamanan PBB pada Jumat 5 Desember 2025, di Istana Kepresidenan Baabda. “Kami tidak ingin perang lagi, rakyat Lebanon sudah menderita cukup, dan tak ada jalan kembali,” katanya tegas, sambil minta dukungan internasional untuk perlucutan senjata kelompok non-pemerintah seperti Hizbullah. Pernyataan ini datang sehari setelah serangan Israel di selatan Lebanon, meski gencatan senjata November 2024 seharusnya akhiri 14 bulan permusuhan yang tewaskan ribuan jiwa. Aoun, yang naik tahta Agustus 2025, dorong perluasan dialog sipil dengan Tel Aviv—langkah langka sejak 1948—untuk hentikan serangan udara Israel dan tarik pasukan dari lima titik strategis di selatan. Di tengah ketegangan regional, sikap Aoun jadi harapan rapuh untuk perdamaian abadi, meski Hizbullah tolak ikut campur sipil. INFO SLOT
Pernyataan Aoun Saat Bertemu Delegasi PBB: Presiden Lebanon Tidak Ingin Perang Dengan Israel
Dalam pertemuan dengan duta besar Dewan Keamanan PBB—yang kunjungi Damaskus Kamis sebelumnya—Aoun tekankan Lebanon komitmen dialog untuk hentikan kekerasan. “Kami siap perkuat gencatan senjata, tapi butuh tekanan global agar Israel hormati batas dan tarik pasukan,” ujarnya, sesuai pernyataan kepresidenan. Delegasi, yang inspeksi perbatasan selatan Lebanon Sabtu nanti bersama utusan AS Morgan Ortagus, dengar langsung aspirasi Beirut. Aoun minta bantuan PBB dukung tentara Lebanon kuasai selatan, di mana Hizbullah tolak perlucutan senjata sebelum Israel mundur. Ini lanjutan sikap Aoun Juli lalu, saat ia sebut Lebanon incar “keadaan tanpa perang” dengan tetangga selatan, tapi tolak normalisasi hubungan sekarang. Pernyataannya campur harapan dan realisme: Lebanon, yang ekonomi hancur pasca-ledakan Beirut 2020, tak sanggup perang lagi—PDB turun 40 persen sejak 2019.
Konteks Gencatan Senjata dan Serangan Lanjutan: Presiden Lebanon Tidak Ingin Perang Dengan Israel
Gencatan senjata November 2024 akhiri 14 bulan bentrokan Israel-Hizbullah, yang tewaskan 2.500 warga Lebanon dan 70 warga Israel, plus ratusan ribu pengungsi. Kesepakatan itu, broker AS-Qatar, janjikan tarik pasukan Israel dari selatan Lebanon dan larang Hizbullah dekati perbatasan. Tapi pelanggaran lanjut: Israel serang Jbaa 4 Desember, klaim target re-arming Hizbullah, sementara Lebanon tuding Tel Aviv okupasi lima titik strategis. Komite pengawas gencatan, yang rapat sipil pertama Desember, jadwalkan sesi baru 19 Desember dengan utusan sipil Lebanon-Israel—langkah langka sejak 1948, meski Beirut kriminalisasi kontak dengan warga Israel. Aoun sebut kesuksesan dialog bergantung Israel: “Jika mereka mundur, negosiasi capai hasil praktis.” Ini ujian bagi Beirut, di mana Hizbullah tolak delegasi sipil sebagai “kesalahan”, tapi dukung diplomasi secara keseluruhan.
Respons Hizbullah dan Tantangan Internal Lebanon
Hizbullah, kelompok bersenjata terkuat Lebanon, tunjukkan perpecahan dengan pemerintah Aoun. Sekretaris Jenderal Naim Qassem Jumat sebut inklusi utusan sipil ke Israel “kesalahan”, tapi dukung upaya damai Beirut. “Hasil bergantung sikap Israel, negosiasi bisa sukses atau gagal,” katanya, tolak perlucutan senjata nasional sebelum Tel Aviv patuhi kesepakatan. Hizbullah, yang klaim akhiri kehadiran bersenjata dekat perbatasan, tolak mundur dari wilayah lain—mereka anggap diri pertahanan utama lawan Israel. Tantangan internal Lebanon tambah rumit: ekonomi ambruk, korupsi endemik, dan vakum presiden hingga Aoun naik tahta. Perdana Menteri Nawaf Salam, yang bertemu delegasi PBB, minta tekanan global agar Israel hentikan serangan dan dukung tentara Lebanon. Aoun, mantan komandan angkatan bersenjata, posisikan diri sebagai jembatan: kuatkan negara tapi akui realitas Hizbullah sebagai kekuatan paralel.
Kesimpulan
Pernyataan Presiden Joseph Aoun bahwa Lebanon tak ingin perang lagi dengan Israel jadi panggilan damai di tengah gencatan rapuh, di mana dialog sipil langka Desember tunjukkan harapan meski pelanggaran lanjut. Dari tekanan PBB hingga perpecahan dengan Hizbullah, Beirut incar stabilitas untuk pulihkan ekonomi hancur—tapi kesuksesan bergantung Israel mundur dari selatan. Aoun benar: rakyat Lebanon sudah menderita cukup, tak ada jalan kembali ke konflik. Di Timur Tengah yang tegang, ini peluang langka untuk perdamaian abadi—waktunya Tel Aviv dan Beirut pilih dialog daripada tembakan, demi generasi yang lelah perang.