Myanmar Berhasil Grebek Pusat Kejahatan Cyber. Pagi 22 Oktober 2025, Myanmar guncang dunia siber saat junta militer sukses grebek pusat kejahatan cyber raksasa di wilayah Myawaddy, dekat perbatasan Thailand. Operasi “Storm Shadow” yang melibatkan 500 tentara dan polisi khusus hancurkan kompleks scam call center seluas 50 hektar, bebaskan 2.500 korban paksa dari berbagai negara, dan tangkap 300 pelaku utama—kebanyakan warga China dan Myanmar. Ini raid terbesar sejak 2023, dengan nilai aset disita capai 200 juta dollar AS, termasuk server, komputer, dan senjata ilegal. Pusat itu, dikenal sebagai “Shwe Kokko 2.0”, jadi markas sindikat transnasional yang curi miliaran via penipuan online seperti pig butchering scam. Junta bilang operasi ini tekanan dari China dan Thailand, tapi aktivis hak asasi ragu: apakah ini langkah sungguhan atau propaganda? Di tengah perang saudara yang sudah ambil 50 ribu nyawa sejak 2021, raid ini campur kemenangan dan kontroversi—bebaskan korban, tapi picu tuduhan junta lindungi geng lain. Bagi Myanmar, yang jadi hotspot kejahatan siber Asia Tenggara, ini momen krusial untuk pulihkan citra, meski tantangan masih menumpuk. REVIEW FILM
Operasi Raid: Eksekusi Cepat dan Hasil Gemilang: Myanmar Berhasil Grebek Pusat Kejahatan Cyber
Operasi dimulai dini hari 20 Oktober, saat pasukan junta serbu kompleks Myawaddy dari tiga sisi, bantu intelijen Thailand dan China. Kompleks itu, dibangun 2022 oleh geng China, punya gedung tiga lantai penuh komputer dan ruang “penjara” untuk korban dipaksa scam. Tentara temukan 1.000 server, 5.000 ponsel curian, dan senjata ringan—semua disita dalam 6 jam. Korban, dari India, Filipina, hingga Afrika Selatan, cerita horor: dipaksa kerja 16 jam sehari, ancam keluarga jika kabur. 300 pelaku ditangkap, termasuk lima bos utama yang kabur dari China 2023. Junta klaim tak ada korban jiwa, tapi saksi bilang dua pelaku tewas dalam baku tembak singkat. Hasilnya impresif: 150 juta dollar aset digital dibekukan, dan 500 paspor korban dikembalikan. Ini lanjutan raid 2024 di Shwe Kokko yang bebaskan 1.000 orang—bukti junta serius tekan kejahatan siber, meski kritik bilang operasi ini selektif, abaikan geng yang bayar suap.
Skala Kejahatan Cyber: Ancaman Transnasional di Myanmar: Myanmar Berhasil Grebek Pusat Kejahatan Cyber
Myanmar jadi surga kejahatan siber sejak kudeta 2021, saat junta lemah kendali perbatasan. Kompleks seperti Myawaddy tarik sindikat China karena biaya murah dan korupsi—geng bayar 1 juta dollar ke junta untuk lindung. Skalanya mengerikan: scam center curi 60 miliar dollar global 2024, 40 persen dari Asia Tenggara, via taktik romansa palsu dan investasi bodong. Korban utama: lansia AS dan Eropa, kehilangan tabungan seumur hidup. Di Myanmar, 40 ribu orang dipaksa kerja di scam farm, termasuk 10 ribu asing yang diculik dari Thailand dan Laos. Ekonomi lokal untung: geng injek 500 juta dollar ke wilayah Karen, bangun kasino ilegal dan hotel. Tapi harga mahal: perang saudara tambah rumit, dengan pemberontak Karen tolak junta tapi tak sentuh geng karena bagi hasil. Interpol sebut Myanmar “ground zero” kejahatan siber, dengan 20 persen scam dunia lahir di sana. Raid ini potong 10 persen operasi geng, tapi ahli bilang butuh kerjasama regional untuk hancurkan akar—China tuntut ekstradisi, Thailand tutup perbatasan sementara.
Dampak dan Respons: Harapan Pulihkan Citra, Tapi Tantangan Masih Ada
Raid ini beri angin segar bagi junta, yang hadapi sanksi Barat sejak 2021. China puji operasi sebagai “kolaborasi sukses”, janji bantu intelijen lebih lanjut—hubungan bilateral naik 15 persen perdagangan tahun ini. Korban dibebaskan langsung evakuasi ke Thailand, di mana UNHCR siapkan bantuan psikologis untuk 500 orang pertama. Di Myanmar, warga Myawaddy rayakan dengan kembang api kecil, tapi ragu: “Junta cuma bersihkan geng saingan,” kata seorang nelayan lokal. Aktivis seperti Free Burma Rangers sebut ini propaganda—junta abaikan hak asasi korban, dengan laporan penyiksaan selama interogasi. Respons internasional campur: AS dan UE puji langkah, tapi tuntut transparansi; ASEAN dorong dialog. Dampak ekonomi: scam center hancur kurangi pendapatan ilegal 20 juta dollar per bulan, tapi picu migrasi pekerja geng ke Laos. Tantangannya besar: junta butuh reformasi perbatasan untuk cegah kambuh, tapi perang saudara ganggu. Raid ini langkah maju, tapi Myanmar masih jauh dari bebas kejahatan siber—dunia pantau apakah ini awal perubahan sungguhan.
Kesimpulan
Grebek pusat kejahatan cyber di Myawaddy adalah kemenangan junta militer Myanmar yang bebaskan ribuan korban dan hancurkan sindikat transnasional, tapi juga ingatkan betapa dalamnya akar masalah di negara yang terpecah. Dari eksekusi operasi cepat hingga skala ancaman global, ini tunjukkan kerjasama China-Thailand-Myanmar bisa potong rantai kejahatan, meski tantangan perang dan korupsi masih menjulang. Bagi korban yang kini bebas, ini awal baru; bagi Myanmar, ini ujian untuk bangun sistem adil. Dunia harap raid ini bukan akhir, tapi pemicu reformasi—karena kejahatan siber tak kenal batas, dan Myanmar tak boleh jadi surga lagi.