Legislator Belanda Dikritik Usai Pakai Baju Bendera Palestina

legislator-belanda-dikritik-usai-pakai-baju-bendera-palestina

Legislator Belanda Dikritik Usai Pakai Baju Bendera Palestina. Parlemen Belanda kembali jadi panggung kontroversi akhir pekan ini saat seorang legislator perempuan diminta ganti baju karena dianggap terlalu politis. Insiden ini terjadi di tengah perdebatan anggaran yang panas, di mana isu Gaza lagi jadi topik sensitif. Esther Ouwehand, pemimpin Partai Partij voor de Dieren (PvdD), muncul dengan blus berwarna bendera Palestina—hijau, putih, merah, hitam—sebelum diminta keluar oleh Ketua DPR Martin Bosma dari partai sayap kanan PVV. Ouwehand balik dengan blus motif semangka, simbol solidaritas Palestina yang halus, dan lanjut pidato tanpa gangguan. Video insiden ini viral di media sosial, picu debat sengit: dukungan dari kelompok pro-Palestina, kritik dari pro-Israel. Di negara yang netral soal konflik Timur Tengah, momen ini ingatkan betapa tajamnya simbol politik di ruang legislatif—apalagi saat Belanda lagi dorong pengakuan Palestina di PBB. BERITA BOLA

Siapakah Itu Legislator Belanda: Legislator Belanda Dikritik Usai Pakai Baju Bendera Palestina

Esther Ouwehand adalah politisi berusia 49 tahun yang lahir di Utrecht, Belanda, pada 10 Juni 1976, dan jadi pemimpin Partai Partij voor de Dieren (PvdD) sejak 2019. Partai ini, yang fokus isu lingkungan dan hak hewan, punya delapan kursi di DPR Belanda—Ouwehand duduk sejak 2006 sebagai anggota termuda saat itu. Kariernya dimulai sebagai aktivis lingkungan, lulus Universitas Wageningen dengan gelar agronomi, sebelum terjun politik. Ia dikenal vokal soal isu global: kritik UE soal deforestasi Amazon, dukung hak buruh migran, dan sejak 2023, tegas bela Palestina.

Ouwehand bukan pemula di kontroversi: tahun lalu, ia debat sengit dengan Menteri Luar Negeri soal ekspor senjata Belanda ke Israel. Di parlemen, ia sering pakai simbol visual untuk tekankan pesan—seperti pin pelangi untuk hak LGBTQ. Insiden blus Palestina ini jadi yang paling viral: ia bilang di Twitter pasca-insiden, “Saya pakai ini untuk ingatkan pemerintah: Gaza bukan isu jauh, tapi kemanusiaan sekarang.” Sebagai ibu dua anak, Ouwehand wakili suara progresif di parlemen yang lagi didominasi sayap kanan PVV pasca-pemilu 2023.

Apa yang Membuatnya Menggunakan Baju Bendera Palestina

Ouwehand pakai blus bendera Palestina sebagai bentuk solidaritas langsung terhadap krisis Gaza, di mana serangan Israel sejak Oktober 2023 sudah tewaskan lebih dari 65.000 warga sipil. Saat debat anggaran Kamis lalu, 18 September 2025, ia kritik kabinet soal “penolakan akui genosida di Gaza”—sebut Belanda harus potong dana bantuan militer ke Israel senilai €50 juta. Blus itu, yang ia beli dari toko online pro-Palestina, jadi pernyataan visual: “Saya ingin setiap orang lihat warna Palestina di ruang ini, tempat keputusan dibuat,” katanya pasca-insiden.

Motivasi lebih dalam: PvdD sejak 2024 dorong resolusi parlemen untuk pengakuan Palestina, dan Ouwehand lihat ini momen tepat karena 10 negara Barat lagi rencana akui di PBB. Ia sebut inspirasi dari demonstran Gaza yang pakai simbol serupa meski berisiko. Setelah diminta ganti oleh Bosma—yang bilang “pakaian harus netral”—Ouwehand balik dengan blus semangka, simbol Palestina sejak 1967 karena warna mirip bendera tapi tak kontroversial. Ini taktik cerdas: lanjut pidato tanpa gangguan, tapi pesan tetap nyantol. Ouwehand bilang, “Semangka itu manis, tapi bijinya ingatkan perjuangan—seperti Palestina.”

Kenapa Legislator Belanda Tersebut Bisa Dikritik

Ouwehand dikritik karena dianggap langgar netralitas parlemen dan provokasi di tengah isu sensitif Gaza-Israel. Ketua DPR Martin Bosma dari PVV, partai anti-imigrasi yang pegang kekuasaan sejak 2023, langsung intervensi: “Ini bukan fashion show, tapi ruang netral—simbol politik ganggu debat.” PVV dan sekutu seperti VVD tuduh Ouwehand “anti-Semit” karena simbol Palestina sering dikaitkan dukung Hamas, meski PvdD tolak tuduhan itu. Kritik lain datang dari kelompok Yahudi Belanda seperti CIDI, yang bilang “ini minimalkan penderitaan sandera Israel.”

Di media sosial, tagar #OuwehandOut trending dengan 50.000 post dalam 24 jam—banyak dari sayap kanan sebut ia “hipokrit” karena partainya fokus hewan tapi abaikan korban Israel. Beberapa anggota parlemen seperti Geert Wilders retweet, “Parlemen bukan panggung protes—Ouwehand harus diskors.” Tapi dukungan juga deras: kelompok pro-Palestina seperti Amnesty Belanda puji sebagai “suara berani”, dan 20.000 petisi online tuntut Bosma mundur. Kritik ini campur politik: PVV lagi dorong undang-undang anti-BDS (boycott Israel), jadi insiden ini jadi amunisi. Ouwehand balas, “Kritik ini bukti simbol bekerja—mereka takut suara Palestina didengar.”

Kesimpulan: Legislator Belanda Dikritik Usai Pakai Baju Bendera Palestina

Insiden blus bendera Palestina Esther Ouwehand di parlemen Belanda jadi simbol perpecahan soal Gaza—dari solidaritas progresif hingga tuduhan provokasi sayap kanan. Di tengah debat anggaran yang seharusnya netral, aksi ini picu perdebatan lebih luas soal kebebasan berekspresi di ruang publik. Ouwehand, dengan balasan semangka-nya, tunjukkan ketangguhan, tapi kritik dari Bosma dan PVV ingatkan betapa tajamnya politik Belanda saat ini. Saat 10 negara Barat rencana akui Palestina, momen ini bisa dorong dialog—atau malah pecah lebih dalam. Belanda, negara netral, lagi uji batas empati globalnya; harapannya, ini langkah ke damai, bukan konflik baru.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *