Korut Diyakini Bisa Membuat Nuklir Menggunakan Stok Uranium. Pada 25 September 2025, Menteri Unifikasi Korea Selatan Chung Dong-young mengungkapkan estimasi baru yang mengguncang komunitas intelijen global: Korea Utara diduga memiliki stok uranium yang diperkaya tinggi hingga 2.000 kilogram, dengan kemurnian lebih dari 90 persen—cukup untuk memproduksi puluhan senjata nuklir. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Seoul, menyoroti empat fasilitas pengayaan uranium rahasia yang beroperasi setiap hari, termasuk yang terkenal di Yongbyon dan situs tersembunyi di Kangson. Latar belakangnya adalah dorongan agresif Kim Jong-un untuk memperluas arsenal nuklir, yang kini diperkirakan mencapai 50 hulu ledak, di tengah sanksi PBB yang ketat dan ketegangan dengan AS serta sekutunya. Chung menekankan bahwa sentrifugal pengayaan uranium Korut berputar nonstop, menandakan ambisi untuk “ekspansi eksponensial” senjata nuklir. Ini bukan sekadar angka; stok ini mempercepat kemampuan Korut membangun bom, menguji kesabaran diplomasi internasional yang mandek sejak puncak pertemuan Trump-Kim pada 2018. Dengan IAEA melaporkan aktivitas konstruksi di Yongbyon pada Maret lalu, dunia kini menghadapi Korut yang semakin dekat dengan status superpower nuklir kecil tapi mematikan. BERITA BOLA
Apakah Korut Akan Membuat Nuklir Menggunakan Stok Uranium Tersebut: Korut Diyakini Bisa Membuat Nuklir Menggunakan Stok Uranium
Ya, Korut kemungkinan besar akan menggunakan stok uranium itu untuk memproduksi lebih banyak senjata nuklir, mengingat komitmen Kim Jong-un terhadap program tersebut. Sejak 2023, Kim telah memerintahkan peningkatan stokpile senjata nuklir dan produksi material senjata-grade, termasuk uranium yang diperkaya tinggi (HEU) di fasilitas Yongbyon dan Kangson. Estimasi intelijen AS pada 2025 menyatakan Korut punya cukup material fisil untuk 70-90 hulu ledak, dengan uranium menyumbang sebagian besar—dari 280 hingga 1.500 kg sebelum tambahan 2.000 kg ini. Chung menyebut stok baru itu “cukup untuk jumlah senjata nuklir yang luar biasa besar”, dan Korut telah menguji enam kali sejak 2006, termasuk bom hidrogen mini pada 2023.
Strategis, uranium lebih mudah diproduksi daripada plutonium, yang terbatas oleh reaktor Yongbyon. Korut telah mengaktifkan kembali fasilitas pengayaan pada 2021, melanggar kesepakatan lama, dan kini beroperasi empat situs untuk menghindari deteksi satelit. Kim melihat nuklir sebagai “jaminan keamanan rezim”, menolak denuklirisasi sebagai prasyarat diplomasi. Pada Januari 2023, ia memerintahkan produksi massal senjata nuklir taktis, dan undang-undang 2022 mengizinkan serangan otomatis jika kepemimpinan terancam. Meski sanksi membatasi impor, Korut memanfaatkan tambang uranium domestik di Pyongsan dan bantuan teknis dari Rusia untuk sentrifugal canggih. Singkatnya, stok ini bukan cadangan; ia bahan bakar langsung untuk ekspansi arsenal, membuat negosiasi mendesak sebelum Korut capai 100 hulu ledak.
Berapa Total Ton Uranium Untuk Membuat Satu Nuklir
Untuk satu senjata nuklir berbasis uranium, dibutuhkan sekitar 15-25 kg uranium yang diperkaya hingga 90 persen atau lebih, yang setara dengan 0,015-0,025 ton metrik. Jumlah ini adalah material fisil minimum untuk mencapai massa kritis dalam desain implosi, di mana uranium-235 memicu reaksi berantai. Estimasi konservatif dari Arms Control Association menyebut 20 kg per bom, sementara desain sederhana seperti Little Boy pada 1945 menggunakan 64 kg uranium yang diperkaya 80 persen—tapi teknologi modern mengurangi kebutuhan berkat reflektor neutron dan booster fusi.
Dalam konteks Korut, sentrifugal mereka menghasilkan HEU dengan kemurnian tinggi, memungkinkan efisiensi lebih baik. IAEA dan pakar AS memperkirakan satu bom uranium butuh 15-25 kg, sementara plutonium hanya 5-6 kg. Dengan stok 2.000 kg, Korut bisa buat hingga 80-130 bom tambahan, asumsikan 20 kg per unit. Prosesnya rumit: uranium mentah (yellowcake) dari tambang Pyongsan diolah jadi gas heksafluorida, lalu diputar di ribuan sentrifugal untuk pisahkan isotop U-235. Korut punya kapasitas produksi 6-7 bom per tahun, tapi stok baru ini percepat ke 10-15. Ini bukan ton penuh; satu ton HEU cukup untuk puluhan bom, menjadikan 2 ton stok Korut sebagai ancaman eksponensial. Pakar seperti Siegfried Hecker dari Los Alamos menegaskan angka ini realistis untuk senjata operasional.
Apakah Stok Uranium Ini Dapat Membuat Korut Menjadi Negara Menakutkan
Stok uranium 2.000 kg ini memang membuat Korut semakin menakutkan, mengubahnya dari ancaman regional jadi kekuatan nuklir global yang kredibel. Saat ini, arsenal Korut sekitar 50 hulu ledak, dengan material untuk 70-90—sebagian besar dari uranium—ditambah rudal balistik seperti Hwasong-18 ICBM yang capai AS daratan. Tambahan stok ini potensial tambah 80-100 bom, dorong total ke 150, cukup untuk serangan kedua dan taktis di Semenanjung Korea. Kim’s doktrin 2022 izinkan pemakaian awal nuklir untuk cegah invasi, plus proksi seperti rudal ke Ukraina tukar tech Rusia, percepat pengujian.
Bagi Korea Selatan dan Jepang, ini berarti ancaman langsung: rudal KN-23 bisa bawa bom uranium ke Seoul dalam menit, sementara AS hadapi risiko serangan EMP dari ICBM. IAEA catat aktivitas di Yongbyon dan Kangson, termasuk reaktor air ringan eksperimental, tunjukkan diversifikasi. Korut juga kembangkan SLBM untuk kapal selam, buat arsenal sulit dideteksi. Secara geopolitik, ini picu lomba senjata: Korea Selatan debat nuklir sendiri, sementara Trump’s 2025 overture tolak Kim. Stok ini tak hanya kuantitas; ia simbol ketahanan rezim, buat Korut aktor yang tak bisa diabaikan di Indo-Pasifik, tingkatkan risiko eskalasi tak sengaja.
Kesimpulan: Korut Diyakini Bisa Membuat Nuklir Menggunakan Stok Uranium
Stok uranium 2.000 kg Korut, seperti diungkap Seoul hari ini, konfirmasi ambisi nuklir Pyongyang yang tak tergoyahkan, dengan kapasitas bom tak terbatas hampir dan produksi nonstop di empat fasilitas. Dari 15-25 kg per senjata, ini cukup untuk ubah keseimbangan kekuatan Asia, buat Korut lebih menakutkan bagi tetangga dan AS. Sementara Kim tolak diplomasi, dunia hadapi pilihan: sanksi lebih ketat atau negosiasi baru untuk capai denuklirisasi. Tanpa aksi cepat, stok ini bukan akhir, tapi awal era nuklir Korut yang lebih gelap—mengingatkan bahwa pencegahan lebih baik daripada hadapi ancaman yang sudah terwujud.