Dunia Mengutuk Pembakaran Masjid Palestina Oleh Israel

dunia-mengutuk-pembakaran-masjid-palestina-oleh-israel

Dunia Mengutuk Pembakaran Masjid Palestina Oleh Israel. Pada 13 November 2025, dunia kembali dikejutkan oleh aksi kekerasan ekstrem ketika sekelompok pemukim Israel membakar Masjid Hajja Hamida di desa Salfit, wilayah utara Tepi Barat Palestina. Api melahap sebagian besar bangunan suci itu, disertai coretan pesan kebencian di dinding-dindingnya, menandai eskalasi terbaru dalam gelombang serangan pemukim terhadap komunitas Palestina. Meski tak ada korban jiwa langsung dilaporkan, insiden ini memicu kecaman global yang cepat dan tegas, dari pemimpin Eropa hingga organisasi hak asasi manusia. Di tengah konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun, pembakaran masjid ini bukan sekadar vandalisme; ia jadi simbol provokasi yang mengancam stabilitas kawasan, terutama setelah peningkatan kekerasan sejak Oktober 2023. Respons internasional menuntut akuntabilitas, sementara warga Palestina di Tepi Barat hadapi ketakutan baru di hari-hari biasa mereka. BERITA TERKINI

Latar Belakang Serangan Pemukim di Tepi Barat: Dunia Mengutuk Pembakaran Masjid Palestina Oleh Israel

Serangan terhadap Masjid Hajja Hamida terjadi di tengah lonjakan kekerasan pemukim Israel di Tepi Barat yang sudah berlangsung sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Data organisasi pemantau menunjukkan lebih dari 1.200 insiden serupa tahun ini saja, termasuk pembakaran lahan pertanian, pengusiran paksa, dan serangan terhadap tempat ibadah. Pemukim, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu di wilayah pendudukan, sering bertindak tanpa hambatan, didukung oleh elemen sayap kanan di pemerintah Israel. Masjid di Salfit, yang dibangun tahun 1980-an sebagai pusat komunitas lokal, jadi target karena lokasinya dekat pemukiman Yahudi ilegal yang terus berkembang.

Aksi pembakaran dimulai dini hari, saat pemukim menyusup ke desa dan siram masjid dengan bensin sebelum menyalakannya. Mereka tinggalkan pesan seperti “Kematian bagi Arab” di dinding, yang difoto warga setempat dan cepat menyebar. Polisi Israel tiba setelah api padam, tapi tak ada penangkapan segera—pola yang sering dikritik sebagai kelalaian. Ini mirip insiden sebelumnya, seperti pembakaran masjid di Husan tahun lalu, yang berujung pada tuntutan hukum tapi jarang diikuti hukuman berat. Di balik aksi ini, ada dinamika politik: pemerintah koalisi Israel yang bergantung pada partai pemukim sering abaikan kekerasan untuk jaga dukungan basis. Bagi Palestina, serangan seperti ini bukan cuma rusak bangunan; ia hancurkan rasa aman di rumah sendiri, di wilayah yang sudah dikontrol sebagian oleh otoritas pendudukan.

Reaksi Internasional dan Kutukan Global: Dunia Mengutuk Pembakaran Masjid Palestina Oleh Israel

Dunia tak diam. Kecaman mengalir deras dari berbagai penjuru, mulai dari ibu kota Eropa hingga markas PBB di New York. Jerman, melalui Kementerian Luar Negeri, sebut serangan ini “tak bisa diterima” dan tuntut investigasi penuh beserta tuntutan bagi pelaku. Uni Eropa ikut suara, dengan juru bicara Josep Borrell bilang kekerasan pemukim “ancam perdamaian dua negara” dan peringatkan sanksi ekonomi jika Israel tak bertindak. Organisasi seperti Amnesty International dan Human Rights Watch sebut ini “kejahatan kebencian” yang langgar hukum internasional, serukan resolusi darurat di Dewan Keamanan PBB.

Di Timur Tengah, Liga Arab gelar pertemuan darurat, dengan Mesir dan Yordania tuntut Israel hentikan ekspansi pemukiman. Bahkan di AS, kelompok progresif seperti Jewish Voice for Peace gabung demonstrasi di Washington, sebut aksi itu “rasis dan berbahaya”. Di Israel sendiri, pemimpin militer seperti Kepala Staf Herzi Halevi jarang kutuk kekerasan pemukim, sebutnya “provokasi yang merusak misi kami”. Presiden Isaac Herzog tambah suara, bilang serangan ini “tak wakili nilai Yahudi”. Namun, kritik utama datang dari Palestina: Otoritas Palestina sebut ini “pembersihan etnis lambat”, sementara Hamas di Gaza manfaatkan untuk propaganda. Respons global ini tunjukkan tekanan meningkat, tapi efektivitasnya diragukan karena sanksi sebelumnya sering mandek di veto AS.

Dampak bagi Komunitas Palestina dan Prospek Perdamaian

Bagi warga Salfit, dampaknya langsung dan menyakitkan. Masjid yang dibakar jadi pusat sosial bagi 5.000 penduduk, tempat sholat Jumat dan kegiatan anak muda. Kini, api tinggalkan puing hitam dan bau asap yang menyelimuti desa, sementara warga relaikan dana pribadi untuk rekonstruksi sementara. Serangan ini tambah trauma kolektif: sejak 2023, lebih dari 700 warga Palestina tewas di Tepi Barat akibat kekerasan pemukim, dengan ribuan luka. Ekonomi lokal, yang andalkan pertanian, rusak karena lahan sering dibakar, bikin petani kehilangan mata pencaharian. Anak-anak di desa kini takut keluar malam, sementara perempuan seperti Umm Ahmed, yang kehilangan Al-Quran kesayangannya, sebut “ini perang hati nurani”.

Secara lebih luas, insiden ini perburuk prospek perdamaian. Negosiasi yang mentok sejak lama kini tambah jauh, dengan Palestina tolak dialog tanpa hentikan kekerasan. Komunitas internasional, meski kutuk, sering terjebak politik: AS, sekutu utama Israel, beri bantuan militer 3,8 miliar dolar tahun ini, tapi tekanan domestik dari pemilih muda mulai ubah nada. Bagi Israel, ini risiko isolasi: peringatan Eropa soal label “negara apartheid” bisa picu boikot dagang. Di Palestina, aksi seperti ini justru kuatkan solidaritas, dengan demonstrasi damai di Ramallah tuntut perlindungan PBB. Namun, tanpa intervensi tegas, siklus kekerasan ini berpotensi ulangi tragedi Gaza di Tepi Barat—dan dunia tahu, perdamaian tak datang dari api.

Kesimpulan

Pembakaran Masjid Hajja Hamida oleh pemukim Israel pada 13 November 2025 jadi pukulan telak bagi harapan damai di Palestina, tapi juga panggilan bangun bagi komunitas global. Dengan kecaman dari Jerman hingga Liga Arab, dunia tunjukkan suara bulat menolak kekerasan kebencian, meski tindakan nyata masih tertunda. Bagi warga Salfit, ini luka yang dalam, tapi ketangguhan mereka jadi inspirasi. Israel harus penuhi tuntutan investigasi untuk cegah eskalasi, sementara Palestina perjuangkan hak dasar tanpa takut. Di akhir hari, masjid yang dibakar bisa dibangun ulang, tapi kepercayaan yang rusak butuh usaha bersama. Konflik ini panjang, tapi kutukan global ini harap jadi langkah pertama menuju gencatan senjata—sebelum api selanjutnya tak lagi bisa dipadamkan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *