Sekte Yahudi Dituduh Menculik dan Perdagangkan Anak

sekte-yahudi-dituduh-menculik-dan-perdagangkan-anak

Sekte Yahudi Dituduh Menculik dan Perdagangkan Anak. Pada Minggu malam, 23 November 2025, otoritas imigrasi Kolombia melakukan penggerebekan mendadak di sebuah hotel di wilayah utara negara itu, menyelamatkan 17 anak dan remaja dari kelompok ultra-Ortodoks Yahudi yang dikenal sebagai Lev Tahor. Kelompok ini, yang sering disebut sebagai “Taliban Yahudi” karena praktik ekstremnya, kembali menjadi sorotan setelah dituduh melakukan penculikan dan perdagangan anak secara sistematis. Lima dari anak-anak yang diselamatkan ternyata termasuk dalam daftar orang hilang Interpol melalui pemberitahuan kuning, yang sering dikaitkan dengan kasus trafficking manusia. Sembilan anggota kelompok itu diinterogasi, meski belum ada penahanan formal. Kejadian ini, yang melibatkan unit anti-penculikan militer Kolombia, menambah daftar panjang tuduhan terhadap Lev Tahor—dari pernikahan paksa remaja hingga pelecehan seksual—di berbagai negara. Di tengah gelombang migrasi kelompok ini ke Amerika Latin untuk menghindari penegakan hukum, penyelamatan ini memicu kekhawatiran global tentang kerentanan anak-anak di komunitas tertutup. Saat investigasi berlanjut, pertanyaan mendasar muncul: bagaimana kelompok yang mengklaim sebagai komunitas agama murni bisa terjerat dalam jaringan kejahatan yang merusak generasi muda? BERITA BASKET

Latar Belakang Kelompok Lev Tahor: Sekte Yahudi Dituduh Menculik dan Perdagangkan Anak

Lev Tahor, yang berarti “Hati yang Murni” dalam bahasa Ibrani, didirikan pada 1980-an di Yerusalem oleh Rabbi Shlomo Helbrans, seorang pemimpin karismatik yang kemudian pindah ke Kanada dan Amerika Serikat. Kelompok ini menganut interpretasi fundamentalis terhadap hukum Yahudi, termasuk doa panjang berjam-jam, pernikahan yang diatur sejak usia remaja, dan aturan pakaian ketat di mana perempuan dan gadis sejak usia tiga tahun harus menutup seluruh tubuh dengan kain hitam. Dengan anggota diperkirakan ratusan orang, Lev Tahor sering berpindah-pindah—dari Kanada ke Meksiko, Guatemala, hingga Kolombia—untuk menghindari pengawasan pemerintah. Sejarahnya penuh kontroversi: pendiri Shlomo Helbrans pernah dipenjara di AS pada 1990-an atas tuduhan menculik seorang remaja Israel untuk “pelajaran bar mitzvah”. Setelah kematiannya pada 2017, putranya Nachman Helbrans mengambil alih, tapi kelompok ini terus dituduh sebagai kultus yang mengisolasi anggotanya dari dunia luar. Kritikus, termasuk mantan anggota dan keluarga yang terpisah, menyebut praktiknya sebagai bentuk pencucian otak dan penindasan, yang membuat anak-anak rentan terhadap eksploitasi.

Kronologi Penyelamatan di Kolombia: Sekte Yahudi Dituduh Menculik dan Perdagangkan Anak

Penggerebekan dimulai saat petugas imigrasi memeriksa hotel di mana sembilan anggota Lev Tahor baru tiba sebulan lalu. Mereka datang dengan visa turis, tapi bukti awal menunjukkan rencana menetap sementara sambil menghindari otoritas. Saat inspeksi, petugas menemukan 17 anak berusia antara 5 hingga 17 tahun dalam kondisi yang dicurigai sebagai kurang gizi dan isolasi. Lima di antaranya cocok dengan deskripsi orang hilang dari kasus sebelumnya di Guatemala dan Meksiko, di mana kelompok ini dituduh membawa anak-anak secara paksa melintasi perbatasan. Anak-anak itu langsung dibawa ke pusat perlindungan anak, di mana pemeriksaan medis sedang dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda pelecehan. Direktur layanan imigrasi Kolombia, Gloria Esperanza Arriero, menyatakan bahwa operasi ini didasarkan pada intelijen dari Interpol dan kerjasama dengan otoritas setempat. Tidak ada kekerasan yang dilaporkan selama penggerebekan, tapi anggota kelompok menolak kerjasama awal, mengklaim penyelamatan itu sebagai “persekusi agama”. Investigasi lanjutan melibatkan wawancara dengan anak-anak dan analisis dokumen perjalanan, yang bisa mengungkap jaringan lebih luas.

Tuduhan Sejarah dan Kasus Terkait

Tuduhan terhadap Lev Tahor bukan hal baru; ia telah menjadi target penyelidikan di berbagai negara selama dua dekade. Pada November 2021, dua pemimpin kelompok dihukum di New York atas penculikan dan eksploitasi seksual anak, termasuk kasus di mana saudara Weingarten menculik seorang gadis berusia 12 tahun dan adik laki-lakinya pada 2018 untuk membawa mereka ke Meksiko demi pernikahan paksa. Pada Maret 2024, tiga bersaudara Weingarten divonis bersalah atas penculikan orang tua internasional dan konspirasi penipuan. Di Guatemala, Desember 2024, polisi menggerebek sebuah peternakan kelompok itu, menyelamatkan 160 anak dan 40 wanita atas laporan pelecehan dan trafficking. Jaksa Guatemala, Nancy Paiz, menyebut bukti termasuk pernikahan paksa, pemukulan, dan kelaparan sengaja terhadap anak-anak untuk memprovokasi pemerintah. Pada Januari 2025, Interpol menangkap Yoel Alter di Guatemala di luar pusat perawatan anak. Kelompok ini menyangkal semua tuduhan, menyebutnya sebagai serangan terhadap kebebasan beragama, tapi kelompok seperti Lev Tahor Survivors memperkirakan banyak anggota terjebak tanpa kemauan sendiri.

Implikasi Hukum dan Sosial

Penyelamatan di Kolombia ini memperlebar penyelidikan trafficking internasional, dengan potensi ekstradisi anggota ke AS atau Israel. Interpol telah menerbitkan lebih banyak pemberitahuan kuning, sementara Uni Eropa dan Amerika Latin berkoordinasi untuk memantau pergerakan kelompok serupa. Secara sosial, kasus ini menyoroti tantangan melindungi anak di komunitas agama tertutup, di mana isolasi membuat korban sulit melapor. Ahli hak anak memperingatkan bahwa praktik seperti pernikahan dini dan kontrol ketat bisa disamarkan sebagai tradisi, tapi sebenarnya bentuk eksploitasi. Di Kolombia, anak-anak yang diselamatkan akan menjalani rehabilitasi, termasuk pendidikan dan konseling, sambil menunggu penentuan status imigrasi. Kasus ini juga memicu diskusi global tentang keseimbangan antara kebebasan beragama dan hak anak, dengan organisasi seperti UNICEF mendesak undang-undang lebih ketat terhadap kultus transnasional.

Kesimpulan

Penyelamatan 17 anak dari Lev Tahor di Kolombia adalah kemenangan bagi upaya global melawan penculikan dan trafficking anak, tapi juga pengingat akan ketekunan jaringan yang licik. Dengan sejarah panjang tuduhan pelecehan dan pemindahan paksa, kelompok ini menunjukkan betapa rentannya anak-anak di balik tembok keyakinan ekstrem. Otoritas internasional harus terus berkoordinasi untuk membongkar akar masalah, sambil memastikan korban mendapat dukungan jangka panjang. Di balik tuduhan, inti persoalan adalah melindungi masa depan generasi muda dari eksploitasi yang disamarkan sebagai iman. Semoga langkah ini menjadi titik balik, di mana keadilan tak lagi tertinggal di belakang perbatasan.

BACA SELENGKAPNYA DI..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *