Pakistan Melemparkan Bom ke Afghanistan, 10 Warga Tewas. Pada dini hari 25 November 2025, serangan udara dari Pakistan menghantam wilayah timur Afghanistan, menewaskan setidaknya 10 warga sipil, termasuk sembilan anak-anak dan satu wanita. Insiden ini terjadi di provinsi Khost, tepat sehari setelah bom bunuh diri menghantam markas keamanan di Peshawar, Pakistan, yang menewaskan tiga perwira dan melukai 11 orang lainnya. Pemerintah Taliban di Kabul menuduh Pakistan melancarkan bom ke rumah sipil tanpa peringatan, sementara Islamabad membela diri dengan klaim bahwa serangan menargetkan militan dari Tehrik-e-Taliban Pakistan yang bersembunyi di Afghanistan. Ketegangan lintas batas ini, yang telah memburuk sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada 2021, kini memicu kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut, terutama di tengah musim dingin yang bisa memperburuk krisis kemanusiaan. Dengan laporan awal dari saksi mata yang menggambarkan puing-puing dan tangisan keluarga, kejadian ini menjadi pengingat rapuhnya stabilitas di kawasan yang sudah lama dilanda konflik. BERITA BASKET
Kronologi Serangan dan Korban Jiwa: Pakistan Melemparkan Bom ke Afghanistan, 10 Warga Tewas
Serangan udara dimulai sekitar pukul 02:00 waktu setempat, ketika pesawat tempur Pakistan melintasi garis batas dan menjatuhkan bom di desa-desa terpencil provinsi Khost. Menurut juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, bom menghantam rumah seorang warga sipil, membunuh istri dan sembilan anaknya yang sedang tidur. Tidak ada indikasi adanya militan di lokasi, dan puing-puing yang tersebar menunjukkan kerusakan luas pada bangunan tempat tinggal. Di sisi Pakistan, serangan Peshawar pada 24 November melibatkan bom bunuh diri yang ditargetkan ke markas paramiliter, dengan pelaku diduga terkait jaringan yang dilatih dari Afghanistan. Respons Pakistan datang cepat, dengan militer menyatakan bahwa serangan udara adalah “tindakan presisi” untuk membalas ancaman langsung. Hingga siang hari Selasa, tim medis Afghanistan melaporkan tidak ada korban tambahan, tapi pencarian di reruntuhan masih berlangsung. Insiden ini menambah daftar panjang korban sipil, di mana PBB mencatat 37 kematian dan 425 luka dalam kekerasan lintas batas minggu lalu saja.
Respons dari Kedua Pihak: Pakistan Melemparkan Bom ke Afghanistan, 10 Warga Tewas
Taliban langsung merespons dengan nada keras, memanggil duta besar Pakistan di Kabul untuk protes formal dan menyatakan hak untuk membalas. Mujahid menekankan bahwa serangan ini melanggar kedaulatan Afghanistan dan memperingatkan konsekuensi serius, meski pasukan mereka diinstruksikan untuk menahan diri sementara tim negosiasi bekerja. Di sisi lain, juru bicara militer Pakistan, Ahmed Sharif Chaudhry, membantah tuduhan warga sipil dan bersikeras bahwa target adalah “sel militan yang dipimpin dari Afghanistan,” termasuk faksi Tehrik-e-Taliban Pakistan yang bertanggung jawab atas serangan Peshawar. Islamabad menambahkan bahwa serangan ini bagian dari operasi rutin untuk melindungi perbatasan, dan menyalahkan Kabul atas kegagalan mencegah militan menggunakan wilayahnya sebagai basis. Kedua negara saling tuduh, dengan Afghanistan menolak klaim bahwa pemimpin militan seperti Noor Wali Mehsud bersembunyi di sana, sementara Pakistan menuntut kerjasama lebih erat. Respons ini mencerminkan pola lama: janji dialog diikuti eskalasi cepat.
Dampak pada Warga dan Wilayah Perbatasan
Dampak langsung terasa di komunitas perbatasan yang sudah rentan, di mana keluarga di Khost kini menghadapi duka dan ketakutan akan serangan lanjutan. Rumah-rumah rusak meninggalkan puluhan orang tanpa tempat tinggal di tengah cuaca dingin, memaksa relokasi darurat ke kamp sementara. Ekonomi lokal, yang bergantung pada pertanian dan perdagangan lintas batas, terganggu karena penutupan sementara pos pemeriksaan, memicu kelangkaan makanan dan obat-obatan. PBB melalui Misi Bantuan PBB di Afghanistan menyatakan keprihatinan mendalam atas korban anak-anak, yang menambah beban krisis kemanusiaan di mana jutaan warga bergantung pada bantuan internasional. Secara lebih luas, kekerasan ini memperburuk ketegangan regional, dengan provinsi seperti Paktika dan Kunar yang juga terdampak kekerasan sebelumnya mengalami peningkatan pengungsi. Analis memperingatkan bahwa eskalasi bisa mendorong lebih banyak warga bergabung dengan kelompok militan, memperpanjang siklus kekerasan yang telah menewaskan ribuan sejak 2021.
Kesimpulan
Serangan udara Pakistan yang menewaskan 10 warga sipil di Afghanistan pada 25 November 2025 menyoroti ketidakstabilan kronis di perbatasan kedua negara, didorong oleh tuduhan saling dukung militan dan kegagalan diplomasi. Meski kedua pihak menjanjikan penahan diri, pola balas dendam ini berisiko memicu konflik lebih besar, terutama dengan korban sipil yang tak bersalah di garis depan. Ke depan, mediasi dari pihak ketiga seperti Qatar atau PBB menjadi krusial untuk mendinginkan situasi, memastikan dialog mengalahkan bom. Bagi warga di kedua sisi, kedamaian bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan mendesak agar langit perbatasan kembali tenang dan anak-anak bisa tumbuh tanpa bayang-bayang perang.