Zelensky Menolak Rencana Damai yang Dibuat AS. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky baru saja angkat bicara soal rencana damai yang didorong Amerika Serikat untuk akhiri perang dengan Rusia. Pada Jumat, 21 November 2025, Zelensky sebut proposal 28 poin itu bawa Ukraina ke “salah satu momen tersulit dalam sejarah kami,” di mana negara harus pilih antara kehilangan martabat atau mitra kunci seperti AS. Rencana ini, disusun utusan khusus AS Steve Witkoff bersama Kirill Dmitriev dari Rusia, tuntut Kyiv serahkan wilayah timur, batasi ukuran militer, dan janji tak gabung NATO—konsesi besar yang Zelensky tolak mentah-mentah. Trump sendiri kasih deadline Thanksgiving minggu depan, ancam potong dukungan militer jika tak setuju. Di tengah kemunduran lapangan dan skandal korupsi internal, penolakan Zelensky jadi pukulan bagi upaya diplomasi cepat Trump. BERITA BASKET
Detail Rencana Damai AS: Zelensky Menolak Rencana Damai yang Dibuat AS
Proposal ini bukan sekadar kerangka; ia detail 28 poin yang mirip tuntutan Rusia sejak invasi 2022. Ukraina diminta serahkan wilayah tak terokupasi di timur, biarkan Rusia pegang Crimea, Donetsk, dan Luhansk, plus cap ukuran pasukan pasca-perang. Sebagai ganti, ada jaminan keamanan ala NATO dari AS dan sekutu, sanksi otomatis jika Rusia serang lagi, serta amnesti untuk semua pihak termasuk kejahatan perang. Rusia dapat insentif manis: kembali ke G8, integrasi ekonomi global, dan kerjasama investasi di AI serta pertambangan. Aset Rusia beku sebagian dialihkan untuk rekonstruksi Ukraina, sementara Kyiv wajib gelar pemilu dalam 100 hari pasca-kesepakatan. Draft ini diserahkan Zelensky oleh Sekretaris Angkatan Darat AS Dan Driscoll di Kyiv Kamis lalu, setelah diskusi dengan penasihat keamanan Rustem Umerov yang tolak mayoritas poin karena langgar konstitusi.
Respons Zelensky dan Tekanan Internal: Zelensky Menolak Rencana Damai yang Dibuat AS
Zelensky tak langsung tolak total, tapi tegas sebut rencana itu “absurd dan tak bisa diterima” karena khianati kedaulatan. Dalam pidato video Jumat sore, ia bilang, “Kami menghargai upaya AS, tapi ini harus damai nyata dan bermartabat yang tak rusak invasi ketiga.” Ia janji tawarkan alternatif, koordinasi dengan penasihat keamanan nasional Eropa, dan tekankan Ukraina tak boleh dicap hindari diplomasi. Tekanan internal tambah berat: skandal korupsi libatkan menteri dan rekan bisnis seperti Timur Mindich goyang pemerintahan, plus anggota partai Servant of the People desak pecat kepala staf Andriy Yermak. Zelensky telepon Wakil Presiden AS JD Vance Jumat pagi, tapi sumber bilang Washington implikasikan potong intelijen dan senjata jika tolak—meski pejabat AS bantah ancaman eksplisit. Zelensky bandingkan ini dengan hari awal perang, saat ia tolak lari dan rakyatnya tahan Rusia.
Dukungan Eropa dan Reaksi Rusia
Eropa langsung dukung Zelensky. Ia gelar panggilan konferensi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan PM Inggris Keir Starmer, yang sepakat koordinasi posisi “berprinsip” Ukraina. Menteri Luar Jerman sebut proposal AS “bukan rencana nyata,” dan hanya Kyiv yang putuskan kompromi. Kepala Kebijakan Luar UE Kaja Kallas peringatkan kesepakatan yang beri hadiah invasi bakal cipta preseden berbahaya, undang agresi lebih dari negara lain. Sementara itu, Putin respons positif: sebut rencana ini “bisa jadi basis penyelesaian akhir” karena dengar kekhawatiran Rusia soal Donbas. Kremlin senang dengar bagian wilayah dan netralitas, meski belum diskusi mendalam. Trump, di wawancara radio Fox News, bilang Zelensky “harus suka” rencana itu, tambah, “Kalau tak suka, ya lanjut perang saja.” Ini tambah ketegangan lintas Atlantik, di mana Eropa tolak deployment pasukan penjaga damai dan lepas senjata jarak jauh Ukraina.
Kesimpulan
Penolakan Zelensky pada rencana damai AS jadi ujian besar bagi Ukraina yang sudah hampir empat tahun berperang. Dengan deadline Thanksgiving dan ancaman dukungan AS, Kyiv di persimpangan: kompromi pahit atau perlawanan sendirian di musim dingin terberat. Dukungan Eropa beri napas, tapi Putin pegang kartu garis depan yang makin maju. Rencana 28 poin ini janjikan akhir cepat dengan rekonstruksi, tapi harga terlalu tinggi—wilayah hilang dan NATO tertutup—bisa ubah Ukraina selamanya. Zelensky pegang kunci: negosiasi alternatif atau tolak keras. Bagi dunia, ini pelajaran diplomasi Trump: damai tak boleh paksa, atau perang lanjut. Harapannya, momen sulit ini lahirkan kesepakatan seimbang, bukan akhir tragis.