Rob Jetten Menjadi PM Termuda Belanda Pertama. Pada awal November 2025 ini, Belanda menyambut babak baru dalam sejarah politiknya dengan Rob Jetten, pemimpin partai Demokrat 66, yang dipastikan akan menjadi Perdana Menteri termuda sekaligus yang pertama secara terbuka gay. Kemenangan tipis partainya dalam pemilu parlemen 29 Oktober lalu, dengan selisih hanya 28 ribu lebih suara atas saingan sayap kanan ekstrem Geert Wilders, menandai akhir dari era Mark Rutte yang panjang. Pada usia 38 tahun, Jetten—yang dikenal dengan senyum cerah dan pesan optimisnya—siap memimpin koalisi yang lebih sentris dan pro-Eropa. Pengumuman resmi datang setelah penghitungan suara akhir dari pemilih di luar negeri, memicu gelombang euforia di kalangan pendukung muda dan komunitas progresif. Di tengah isu perumahan yang menumpuk dan ketegangan imigrasi, langkah ini tak hanya simbol perubahan generasi, tapi juga kemenangan atas populisme. Apa yang membawa Jetten ke puncak, dan apa harapan yang dibawanya? Mari kita bahas secara ringkas. REVIEW KOMIK
Latar Belakang Kemenangan Pemilu yang Dramatis: Rob Jetten Menjadi PM Termuda Belanda Pertama
Pemilu 2025 di Belanda berlangsung sengit, dengan kampanye yang didominasi perdebatan tentang imigrasi, krisis perumahan, dan transisi energi. Partai Kebebasan Wilders sempat unggul di polling awal, memanfaatkan ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan sebelumnya. Namun, D66 di bawah Jetten bangkit melalui strategi kampanye yang cerdas: fokus pada solusi konkret daripada serangan pribadi. Mereka menarik pemilih dari berbagai spektrum, termasuk yang sebelumnya condong ke kiri dan kanan, dengan janji membangun 400 ribu rumah baru dan menurunkan biaya energi melalui investasi hijau.
Hasil akhir menunjukkan D66 meraih suara terbanyak, meski koalisi tetap diperlukan seperti biasa di sistem proporsional Belanda. Margin tipis itu—hanya 28.455 suara—dipengaruhi oleh dukungan kuat dari 87 ribu pemilih ekspatriat, yang lebih memilih Jetten ketimbang Wilders. Analis politik menyebut ini sebagai “kemenangan momentum”, di mana penampilan Jetten di debat televisi menjadi penentu. Saat Wilders mundur dari satu acara karena alasan keamanan, Jetten langsung mengisi slot itu, memperkuat citranya sebagai pemimpin yang siap dan tenang. Kemenangan ini juga mencerminkan kelelahan pemilih terhadap retorika ekstrem, dengan D66 naik dari posisi lemah di pemilu sebelumnya menjadi kekuatan dominan. Bagi Belanda yang menghadapi tantangan pasca-pandemi dan perang di Ukraina, hasil ini jadi sinyal harapan untuk stabilitas.
Profil dan Perjalanan Rob Jetten: Rob Jetten Menjadi PM Termuda Belanda Pertama
Rob Jetten bukanlah wajah baru di politik Belanda, tapi peran barunya ini membuatnya jadi ikon global. Lahir di kota kecil di selatan negara itu pada 1987, Jetten memulai karir di sektor publik setelah lulus administrasi negara. Ia pernah bekerja di perusahaan kereta api nasional sebelum terjun ke politik pada 2017, memimpin sayap pemuda D66 yang progresif. Dua tahun kemudian, ia diangkat jadi Menteri Iklim dan Kebijakan Hijau di kabinet Rutte, di mana ia dikenal tegas mendorong target nol emisi karbon meski sering dikritik sebagai “robot” karena gaya bicaranya yang kaku.
Perubahan citra Jetten datang di kampanye 2025: dari menteri yang sering bergulat dengan oposisi menjadi orator karismatik dengan slogan “ya, kita bisa”. Ia menekankan “patriotisme progresif”, menggabungkan nilai-nilai liberal seperti hak LGBTQ+ dengan kebijakan praktis seperti pencegahan penyakit untuk ringankan beban kesehatan. Secara pribadi, Jetten terbuka tentang orientasi seksualnya sejak awal, dan hubungannya dengan Nicolas Keenan—pemain hoki internasional asal Argentina yang berusia 28 tahun—menjadi sorotan positif. Mereka bertemu melalui tren media sosial viral pada 2021 dan berencana menikah Agustus mendatang. Sebagai tunangan, Keenan disebut “first gentleman” potensial, menambah daya tarik Jetten di kalangan muda. Rekan partainya memuji bakatnya sebagai salah satu politisi paling berbakat, meski ia tetap rendah hati, sering bilang “saya belajar dari Rutte, tapi saatnya giliran baru”.
Tantangan dan Prioritas Pemerintahan Jetten
Menjadi PM termuda membawa beban berat bagi Jetten. Proses pembentukan kabinet, yang biasanya makan waktu satu hingga enam bulan, kini sedang berlangsung dengan urgensi tinggi. Ia sudah mengajak partai-partai mainstream dari kiri hingga kanan untuk bersatu, menekankan “koalisi pencerahan” yang stabil. Prioritas utama: atasi krisis perumahan dengan membangun kota-kota baru, dorong energi terbarukan untuk tekan inflasi, dan reformasi imigrasi yang manusiawi tapi tegas. Di Eropa, Jetten berjanji perkuat peran Belanda di Uni Eropa, termasuk dukung Ukraina dan transisi hijau.
Tantangannya nyata: Wilders masih kuat di parlemen, dan oposisi bisa picu instabilitas jika koalisi gagal. Isu ekonomi pasca-sanksi Rusia dan inflasi juga menanti, ditambah tekanan domestik soal keamanan setelah insiden kecil selama kampanye. Secara internasional, kemenangannya dipuji sebagai pukulan bagi populisme Eropa, tapi Jetten sadar harus bukti hasil cepat agar tak kehilangan dukungan. Bagi komunitas LGBTQ+, ia jadi simbol inspirasi, meski ia tekankan fokus pada kebijakan, bukan identitas. Secara keseluruhan, pemerintahannya bisa jadi model bagi negara-negara Eropa lain yang bergulat dengan polarisasi.
Kesimpulan
Rob Jetten sebagai PM termuda Belanda pertama bukan hanya rekor, tapi tonggak perubahan yang dibutuhkan di tengah badai politik Eropa. Dengan latar belakang progresif, kemenangan tipisnya atas ekstremisme, dan visi optimis, ia siap hadapi tantangan perumahan, iklim, dan koalisi. Meski jalan depan penuh rintangan, semangat “ya, kita bisa”-nya bisa satukan bangsa yang terpecah. Ke depan, harapannya Jetten tak hanya bertahan, tapi juga inspirasi bagi generasi muda di mana-mana. Di Belanda yang inovatif ini, kepemimpinan segar seperti miliknya bisa jadi kunci untuk masa depan yang lebih inklusif dan hijau—bukti bahwa politik positif masih punya tempat di dunia yang rumit.