Skandal Seks Membuat Pangeran Andrew Kehilangan Gelarnya. Pada akhir Oktober 2025, keluarga kerajaan Inggris diguncang keputusan bersejarah yang menandai akhir babak panjang skandal Pangeran Andrew. Raja Charles III secara resmi menarik gelar “Pangeran” dari adik bungsunya itu, sekaligus memerintahkannya meninggalkan Royal Lodge—rumah mewah di Windsor yang ditinggali selama puluhan tahun. Langkah ini datang di tengah gelombang kemarahan publik yang dipicu oleh pengungkapan baru terkait hubungan Andrew dengan Jeffrey Epstein, predator seks terkenal. Tuduhan bahwa Andrew terlibat dalam eksploitasi seksual remaja, termasuk klaim dari korban Virginia Giuffre, kini mencapai titik didih dengan memoar pasca-kematian Giuffre yang dirilis pekan lalu. Bagi monarki yang sedang berjuang mempertahankan citra modern, ini bukan sekadar hukuman pribadi, tapi upaya darurat untuk menyelamatkan reputasi lembaga berusia berabad-abad. Dengan Andrew yang kini berusia 65 tahun terpaksa menghadapi kenyataan sebagai warga sipil biasa, pertanyaan muncul: apakah ini cukup untuk membersihkan noda, atau terlambat untuk selamanya? INFO CASINO
Kronologi Skandal yang Menghancurkan Karier Kerajaan: Skandal Seks Membuat Pangeran Andrew Kehilangan Gelarnya
Skandal ini bermula jauh sebelum menjadi berita utama global. Pada 2010, nama Andrew mulai terseret dalam investigasi Epstein, miliarder Amerika yang dijatuhi hukuman atas perdagangan seks anak di bawah umur. Andrew, yang dulu dikenal sebagai pahlawan perang Falklands dan duta dagang Inggris, diketahui berteman dekat dengan Epstein sejak 1990-an. Mereka sering terlihat bersama di pesta mewah, termasuk di New York dan London. Puncaknya datang pada 2019, ketika Virginia Giuffre—salah satu korban Epstein—menuduh Andrew memaksa berhubungan seks dengannya saat ia berusia 17 tahun. Giuffre mengklaim kejadian itu terjadi tiga kali: di London, New York, dan Pulau Little Saint James milik Epstein.
Andrew membantah keras tuduhan itu dalam wawancara BBC tahun itu, yang justru memperburuk keadaan. Pernyataannya yang kaku—seperti mengaku tak ingat pernah bertemu Giuffre dan tak bisa berkeringat karena trauma perang—dianggap sebagai bencana PR. Akibatnya, Ratu Elizabeth II menarik patronase militer dan amal Andrew pada 2020, diikuti pengunduran diri dari tugas kerajaan. Pada 2022, Andrew menyelesaikan gugatan sipil Giuffre di pengadilan AS dengan pembayaran sekitar 16 juta dolar—tanpa mengakui kesalahan. Saat itu, ia masih mempertahankan gelar “Pangeran” dan Royal Lodge sebagai “rumah pensiun” dari ibunya. Tapi kedamaian sementara itu runtuh pada 2025, ketika dokumen Epstein dibuka lagi, mengungkap foto-foto dan catatan yang menunjukkan Andrew sebagai tamu tetap di pesta-pesta mencurigakan.
Pengungkapan Baru yang Memicu Tindakan Kerajaan: Skandal Seks Membuat Pangeran Andrew Kehilangan Gelarnya
Apa yang membuat Raja Charles bertindak tegas sekarang? Memoar pasca-kematian Giuffre, yang dirilis pada 28 Oktober 2025, menjadi pemicu utama. Buku itu, disusun dari catatan pribadi korban yang meninggal akibat overdosis pada 2024, merinci tuduhan terhadap Andrew dengan detail grafis—termasuk deskripsi pertemuan di rumah Ghislaine Maxwell, rekan Epstein yang divonis 20 tahun penjara. Memoar ini bukan hanya pengulangan; ia menyertakan surat-surat lama dan kesaksian saksi yang tak pernah dipublikasikan sebelumnya. Publikasi itu memicu demonstrasi di depan Istana Buckingham, dengan ribuan orang menuntut “keadilan untuk korban” dan akhir bagi “privilese kerajaan”.
Tak berhenti di situ, laporan baru dari Thailand menambah bahan bakar. Pada 30 Oktober, media mengungkap bahwa selama kunjungan resmi Andrew ke Bangkok pada 2001—yang dibiayai pajak warga Inggris—ia diduga memesan 40 pekerja seks ke kamar hotelnya. Sumber anonim dari staf kerajaan mengonfirmasi insiden itu, meski Andrew menyangkalnya sebagai “fitnah lama”. Raja Charles, yang sudah lama ingin “membersihkan rumah”, melihat momen ini sebagai peluang. Dalam pernyataan resmi singkat, istana menyebut keputusan itu “untuk melindungi integritas monarki dari asosiasi yang merusak”. Andrew diberi waktu tiga bulan untuk pindah, dengan pensiun kerajaannya dipotong separuh—dari 250 ribu pound setahun menjadi 125 ribu. Ini langkah simbolis tapi menyakitkan, karena Royal Lodge adalah simbol warisan keluarga, lengkap dengan taman 90 hektar dan sejarah kerajaan.
Dampak Pribadi dan Reaksi dari Keluarga serta Masyarakat
Bagi Andrew, kehilangan gelar berarti lebih dari sekadar nama. Ia tak lagi bisa menggunakan “Yang Mulia” atau “Pangeran”, dan akses ke acara kerajaan seperti Natal di Sandringham pun dicabut. Secara finansial, ia harus menjual aset untuk biaya hidup, termasuk koleksi seni senilai jutaan. Putrinya, Putri Beatrice dan Eugenie, yang tetap dekat dengannya, kini berada di posisi sulit—mereka kehilangan dukungan ayah sebagai figur publik. Raja Charles, yang dulu melindungi adiknya demi ibu mereka, kini didorong oleh tekanan internal. Ratu Camilla dilaporkan mendukung keras, sementara Pangeran William—pewaris tahta—menyerukan “reformasi radikal” untuk mencegah skandal serupa.
Reaksi masyarakat campur aduk. Di media sosial, hashtag #AndrewOut trending dengan jutaan posting, banyak yang memuji Charles sebagai “raja tegas”. Tapi kelompok korban pelecehan seksual seperti SurvivorsUK menyebut ini “terlambat dan tak cukup”, menuntut investigasi pidana penuh. Di AS, di mana Epstein punya jaringan luas, jaksa federal menyatakan akan membuka kembali berkas Andrew jika bukti baru muncul. Bagi monarki, ini jadi ujian: survei terbaru menunjukkan dukungan publik turun 15 persen sejak skandal meledak lagi. Andrew sendiri diam seribu bahasa, hanya terlihat berjalan-jalan di taman Royal Lodge dengan anjingnya, seolah menikmati hari-hari terakhir kemewahannya.
Kesimpulan
Kehilangan gelar Pangeran Andrew adalah klimaks tragis dari skandal yang lahir dari persahabatan beracun dengan Epstein dan kegagalan menghadapi tuduhan dengan bijak. Dari pahlawan perang menjadi simbol kegagalan kerajaan, perjalanannya jadi peringatan bagi institusi yang bergantung pada citra sempurna. Raja Charles berharap langkah ini tutup buku babak gelap, tapi dengan pengungkapan baru yang mungkin muncul, noda ini bisa bertahan lama. Bagi Andrew, masa depan berarti hidup sederhana di pinggiran, jauh dari sorotan. Bagi monarki, ini peluang untuk reformasi: lebih transparan, lebih akuntabel. Di era di mana rahasia tak lagi aman, satu hal pasti—skandal ini mengubah kerajaan selamanya, memaksa evolusi atau punah.