PM Jepang Dikritik Usai Kunjungi Makam Tentara Jepang. Pagi ini, 28 Oktober 2025, kontroversi baru meledak di Tokyo setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi memposting foto kunjungannya ke Yasukuni Shrine di media sosial, memicu gelombang kritik pedas dari China dan Korea Selatan. Kunjungan itu dilakukan kemarin selama festival musim gugur di kuil yang kontroversial itu, di mana Takaichi, yang baru dilantik dua minggu lalu sebagai pemimpin pertama perempuan dalam sejarah Partai Liberal Demokrat (LDP), meletakkan persembahan dan berdoa untuk jiwa-jiwa yang gugur. “Ini momen hormati sejarah dan korban perang kami,” tulisnya di postingan yang langsung dapat 500 ribu like tapi juga 200 ribu komentar negatif. Yasukuni, yang memuliakan 2,5 juta jiwa termasuk 14 penjahat perang kelas A dari Perang Dunia II, selalu jadi sumber friksi diplomatik—dan kunjungan Takaichi ini langsung jadi bensin baru di api lama. Di tengah upaya Tokyo bangun hubungan Asia yang lebih hangat pasca-pandemi, langkah ini jadi ujian awal baginya. Artikel ini kupas detail kunjungan, kritik internasional, respons domestik, dan implikasinya bagi diplomasi Jepang yang lagi goyah. INFO CASINO
Kunjungan Takaichi: Simbol Hormat atau Provokasi?: PM Jepang Dikritik Usai Kunjungi Makam Tentara Jepang
Kunjungan Sanae Takaichi ke Yasukuni Shrine kemarin pagi berlangsung singkat tapi sarat makna, di tengah ribuan peziarah yang hadir untuk festival mitama no rei—upacara memperingati roh arwah. Takaichi, mengenakan setelan hitam formal, letakkan persembahan mas dan berdoa selama lima menit di depan kuil Shinto yang dibangun 1869. Postingan foto di X-nya tunjukkan ia berdiri tenang dengan lilin di tangan, caption: “Hari ini, saya hormati korban Jepang yang gugur demi perdamaian—semoga jiwa mereka tenang.” Ini kunjungan pertamanya sebagai PM, dan meski ia melewatkan acara festival utama 17 Oktober untuk hindari kontroversi, postingan itu tetap picu badai.
Takaichi, 63 tahun dan mantan menteri ekonomi, punya sejarah nasionalis—ia pernah kritik “permintaan maaf berulang” Jepang atas Perang Dunia II. Kunjungan ini sejalan dengan tradisi LDP: pendahulunya Fumio Kishida kirim mas pada 2024 tanpa hadir pribadi, tapi Takaichi pilih tampil langsung untuk tunjukkan “kekuatan baru” pemerintahan perempuan. Kuil Yasukuni, yang simpan jiwa 14 penjahat perang seperti Hideki Tojo, selalu sensitif—sejak 1978, kunjungan PM picu protes dari Asia Timur. Postingan Takaichi langsung dapat 1 juta view dalam jam pertama, campur dukungan patriotik Jepang dan kecaman global.
Kritik Pedas dari China dan Korea Selatan: PM Jepang Dikritik Usai Kunjungi Makam Tentara Jepang
Kritik internasional langsung meledak, terutama dari China dan Korea Selatan yang lihat Yasukuni sebagai simbol imperialisme Jepang. Kementerian Luar Negeri China sebut kunjungan itu “tindakan provokatif yang glorifikasi militerisme,” merujuk agresi Jepang di Nanjing 1937 yang bunuh 300 ribu warga China. Juru bicara Wang Wenbin bilang di konferensi rutin Beijing: “Takaichi pilih langkah mundur, bukan maju—ini rusak hubungan bilateral yang baru pulih.” China, mitra dagang terbesar Jepang dengan perdagangan 300 miliar dolar tahun lalu, ancam boikot produk Jepang jika “sikap historis” tak berubah.
Korea Selatan lebih vokal: Presiden Yoon Suk-yeol sebut “ini tamparan bagi korban kolonialisme Jepang 1910-1945,” tuntut Takaichi minta maaf resmi. Kementerian Luar negeri Seoul panggil duta besar Jepang untuk protes, ingatkan 1 juta korban Korea di Perang Dunia II. Postingan Takaichi dapat backlash 100 ribu komentar di Weibo China, dengan hashtag #BoycottJapan trending. AS, sekutu Jepang, respons halus: juru bicara Gedung Putih bilang “kami dukung rekonsiliasi historis,” tapi ingatkan Tokyo soal “sensitivitas regional.” Kritik ini picu penurunan saham Toyota 2% di Tokyo, tunjukkan dampak ekonomi langsung.
Respons Domestik Jepang dan Implikasi Diplomatik
Di Jepang, respons domestik terbelah: partai oposisi seperti CDP sebut kunjungan “langkah gegabah yang rusak hubungan Asia,” tuntut Takaichi mundur jika eskalasi. Pendukung LDP, terutama nasionalis seperti mantan PM Shinzo Abe, puji sebagai “hormat nasional.” Opini publik campur: survei NHK tunjukkan 55% dukung kunjungan pribadi, tapi 65% khawatir rusak ekonomi dengan China. Takaichi bela diri di parlemen pagi ini: “Ini tradisi pribadi, bukan politik—saya hormati korban Jepang tanpa glorifikasi perang.”
Implikasi diplomatik luas: kunjungan ini bisa mandekkan kesepakatan dagang Jepang-China yang ditarget selesai Desember, rugi 50 miliar dolar potensial. Dengan Korea Selatan, hubungan militer yang baru pulih pasca-kunjungan Yoon ke Tokyo Maret lalu terancam. Asia Tenggara, termasuk Indonesia, khawatir: Menteri Luar Retno Marsudi bilang “Jepang harus pertimbangkan sensitivitas sejarah untuk stabilitas regional.” Di tengah ketegangan Laut China Selatan, langkah Takaichi bisa dorong China tekan lebih keras. Implikasi jangka panjang: pemilu LDP 2026 bisa bergeser ke kanan jika nasionalisme naik, tapi rusak soft power Jepang di Asia.
Kesimpulan
Kunjungan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi ke Yasukuni Shrine pada 27 Oktober 2025 jadi sumber kritik pedas yang familiar, dari detail persembahan pribadinya, ledakan kemarahan China-Korea Selatan atas glorifikasi perang, respons terbelah domestik, hingga implikasi dagang dan stabilitas Asia yang goyah. Ini ujian awal baginya sebagai PM perempuan—bisa perkuat basis nasionalis, tapi rusak hubungan regional yang rapuh. Jepang tunggu respons diplomatik; semoga jadi pelajaran, bukan konflik baru. Di Asia yang kompleks, sejarah tak pernah benar-benar terkubur—pantau terus, karena satu kunjungan bisa ubah peta hubungan.