Ibu Suri Thailand Tutup Usia, Raja Umumkan Berkabung Setahun

ibu-suri-thailand-tutup-usia-raja-umumkan-berkabung-setahun

Ibu Suri Thailand Tutup Usia, Raja Umumkan Berkabung Setahun. Thailand terhanyut dalam gelombang duka mendalam pagi ini, menyusul kabar wafatnya Ibu Suri Sirikit pada usia 93 tahun. Kepergiannya terjadi secara damai di sebuah rumah sakit di Bangkok pada Jumat malam, 24 Oktober 2025, pukul 21:21 waktu setempat, seperti yang diumumkan oleh Biro Kerajaan. Raja Maha Vajiralongkorn langsung merespons dengan dekrit kerajaan yang menetapkan periode berkabung nasional selama satu tahun penuh, mulai hari ini. Selama masa itu, pejabat pemerintah diwajibkan mengenakan pakaian hitam, acara hiburan dibatasi, dan upacara pemakaman megah direncanakan dalam waktu dekat. Sosok yang dikenal sebagai panutan keanggunan dan pengabdian ini bukan hanya ibu dari raja, tapi juga hati dan jiwa bagi jutaan rakyat Thailand. Di tengah kesedihan yang melanda, langkah raja ini mencerminkan penghormatan mendalam terhadap warisan ibunya, yang telah membentuk wajah modern Thailand selama tujuh dekade. INFO CASINO

Pengumuman Berkabung dan Rencana Upacara: Ibu Suri Thailand Tutup Usia, Raja Umumkan Berkabung Setahun

Dekrit kerajaan yang dikeluarkan Raja Vajiralongkorn pagi ini langsung mengguncang negeri. Periode berkabung satu tahun menandai level penghormatan tertinggi, mirip dengan yang diberikan saat wafatnya mendiang Raja Bhumibol pada 2016. Selama masa ini, bendera nasional dikibarkan setengah tiang di seluruh institusi pemerintah, dan warga didorong untuk menunjukkan kesedihan sesuai kemampuan mereka—mulai dari doa di kuil hingga kunjungan ke istana. Pemerintah juga mengumumkan hari libur nasional mulai besok, dengan transportasi umum disediakan gratis bagi yang ingin menghadiri upacara awal.

Rencana pemakaman sudah mulai digarap oleh komite kerajaan khusus. Upacara utama diperkirakan berlangsung di Lapangan Kerajaan Bangkok, melibatkan prosesi kereta kuda dan kremaisian adat yang rumit, sesuai tradisi monarki. Raja sendiri akan memimpin ritual Buddha, dengan partisipasi dari seluruh keluarga kerajaan dan tokoh agama. Sementara itu, akses ke Grand Palace dibuka untuk umum, di mana ribuan orang sudah mulai mengantre untuk menyalakan lilin dan meletakkan bunga. Langkah-langkah ini tak hanya ritual, tapi juga cara untuk menyatukan bangsa di tengah tantangan politik terkini, menjadikan duka ini sebagai momen refleksi kolektif.

Warisan Pengabdian yang Tak Lekang Waktu: Ibu Suri Thailand Tutup Usia, Raja Umumkan Berkabung Setahun

Ibu Suri Sirikit meninggalkan jejak yang dalam melalui pengabdiannya yang tak kenal lelah. Sejak menjadi ratu pada 1950, ia mendirikan puluhan yayasan kerajaan yang fokus pada kesejahteraan pedesaan. Proyek-proyeknya, seperti pengembangan pertanian berkelanjutan di wilayah utara, telah mengangkat jutaan petani dari kemiskinan dengan pelatihan dan bantuan langsung. Ia juga pelopor pelestarian budaya: inisiatifnya merevitalisasi kerajinan tangan tradisional, seperti tenun sutra dan ukiran kayu, yang kini jadi sumber ekonomi bagi ribuan perempuan desa.

Di bidang lingkungan, Sirikit dikenal sebagai penjaga alam Thailand. Ia memimpin kampanye reboisasi yang menyelamatkan hutan hujan di perbatasan, sambil mempromosikan pariwisata ramah lingkungan. Pengaruhnya meluas ke pendidikan dan kesehatan, di mana fondasinya membangun sekolah dan klinik di daerah terpencil. Bahkan di usia lanjut, meski sejak 2016 jarang tampil publik karena alasan kesehatan, ia tetap mengawasi proyek-proyek ini melalui penasihat. Warisannya bukan hanya bangunan fisik, tapi nilai-nilai: empati terhadap yang lemah, keanggunan dalam pelayanan, dan keteguhan mempertahankan identitas Thai. Raja Vajiralongkorn, dalam pernyataan pribadinya, menyebut ibunya sebagai “cahaya yang menerangi jalan kami”, sebuah tribut yang menyentuh hati banyak orang.

Respons Masyarakat dan Gelombang Duka Global

Reaksi masyarakat Thailand meledak seketika setelah pengumuman. Di Bangkok, antrean panjang terbentuk di sekitar Istana Dusit, dengan warga dari berbagai lapisan—dari pekerja kantor hingga petani—berbagi cerita tentang bagaimana Sirikit menyentuh hidup mereka. Media sosial dipenuhi foto lama dan pesan haru, dengan tagar duka nasional trending sejak subuh. Di daerah selatan yang rawan konflik, kelompok-kelompok lokal menyatakan penghormatan, menunjukkan jangkauan pengaruhnya yang melampaui batas politik. Pemerintah, di bawah Perdana Menteri, membentuk hotline untuk dukungan emosional, mengakui dampak psikologis kehilangan ini bagi generasi tua yang melihatnya sebagai ibu bangsa.

Secara internasional, duka bergema luas. Pemimpin ASEAN seperti presiden Indonesia dan perdana menteri Singapura mengirimkan pesan belasungkawa, memuji Sirikit sebagai duta diplomasi lunak Asia. Di Barat, mantan pemimpin seperti mantan Presiden AS Barack Obama memposting tribut atas kontribusi filantropinya. Komunitas diaspora Thai di Eropa dan AS menggelar vigili malam ini, dengan lilin menyala di depan kedutaan. Respons ini menegaskan statusnya sebagai ikon global: seorang ratu yang tak hanya cantik lahiriah, tapi juga indah dalam tindakan. Di tengah polarisasi dunia saat ini, kepergiannya jadi pengingat akan kekuatan empati lintas batas.

Kesimpulan

Kepergian Ibu Suri Sirikit menutup lembaran emas dalam sejarah Thailand, tapi membuka ruang untuk warisan yang abadi. Dengan pengumuman berkabung satu tahun dari Raja Vajiralongkorn, negeri ini memasuki fase refleksi yang dalam, di mana duka berpadu dengan rasa syukur atas segala yang telah diberikan. Dari proyek pedesaan hingga pelestarian budaya, jejaknya akan terus menginspirasi, membimbing Thailand menuju masa depan yang lebih inklusif. Saat prosesi pemakaman mendekat, harapannya sederhana: semangat Sirikit tetap hidup di hati rakyat, menyatukan mereka dalam kesedihan yang penuh makna. Selamat jalan, Yang Mulia—cahaya Anda tak pernah padam.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *