Demo Gen Z di Peru Semakin Memanas. Demo Gen Z di Peru semakin memanas, dengan ribuan pemuda memadati jalanan Lima dan kota-kota besar seperti Cusco serta Arequipa pada akhir pekan ini. Pada 10 Oktober 2025, aksi protes yang dimulai sebagai gerakan online di TikTok dan Instagram kini berubah jadi demonstrasi massal, tuntut reformasi mendesak soal pekerjaan, pendidikan, dan anti-korupsi. Yang awalnya damai, kini diselingi bentrokan dengan polisi, dengan puluhan luka-luka dan 50 penangkapan dilaporkan di Lima saja. Presiden Dina Boluarte, yang sudah hadapi kritik sejak naik tahta 2022, sebut ini “upaya destabilisasi”, tapi Gen Z bilang ini suara generasi yang muak dengan janji kosong. Di tengah ekonomi Peru yang lesu—inflasi 4,5 persen dan pengangguran muda 15 persen—protes ini bukan sekadar iseng; ia cerminan frustrasi global pemuda yang haus perubahan. Apa yang bikin api ini membara? BERITA TERKINI
Latar Belakang Protes: Frustrasi Ekonomi dan Politik yang Memuncak: Demo Gen Z di Peru Semakin Memanas
Protes Gen Z di Peru lahir dari krisis yang sudah menggerogoti sejak pandemi. Sejak 2022, ketika Boluarte gantikan Pedro Castillo yang ditangkap usai kudeta gagal, pemuda usia 18-25 tahun rasakan pukulan keras: biaya hidup naik 20 persen, tapi upah minimum stuck di 1.025 sol (sekitar 270 dollar AS). Pengangguran di kalangan Gen Z capai 18 persen, tertinggi di Amerika Latin, dengan banyak lulusan universitas kerja gig seperti ojek online. Gerakan ini meledak di media sosial sejak September, dipicu video viral seorang mahasiswa di Arequipa yang demo sendirian tuntut beasiswa gratis—dalam seminggu, hashtag #PeruGenZReclama dapat 2 juta view. Di Lima, demo pertama 5 Oktober kumpul 5.000 orang, tapi eskalasi datang 8 Oktober saat polisi pakai gas air mata untuk bubarkan kerumunan di Plaza San Martín. Ini mirip protes 2022 yang tuntut Boluarte mundur, tapi kali ini lebih terorganisir—Gen Z pakai app seperti Signal untuk koordinasi, hindari sensor pemerintah.
Tuntutan Gen Z: Reformasi Pendidikan, Pekerjaan, dan Anti-Korupsi: Demo Gen Z di Peru Semakin Memanas
Gen Z Peru tak main-main dengan tuntutannya; mereka gambar roadmap jelas untuk perubahan. Prioritas utama: reformasi pendidikan, di mana 40 persen pemuda bilang akses kuliah terlalu mahal—mereka tuntut subsidi 100 persen untuk jurusan STEM dan vokasi, plus kurikulum digital untuk siapkan kerja gig economy. Kedua, pekerjaan: tuntut program magang berbayar dan pajak rendah untuk startup pemuda, karena 70 persen Gen Z tak punya tabungan darurat. Ketiga, anti-korupsi: desak Boluarte buka investigasi skandal Odebrecht yang libatkan pejabat tinggi, dengan tuntutan transparansi anggaran nasional via blockchain. Di Cusco, demo 9 Oktober kumpul 3.000 orang dengan spanduk “No Más Corrupción”, sambil nyanyi lagu-lagu Quechua adaptasi. Pemimpin gerakan seperti Sofia Ramirez, mahasiswa 21 tahun dari Lima, bilang di TikTok live, “Kami bukan vandal; kami generasi yang bayar hutang ayah-bunda.” Tuntutan ini resonan karena data: korupsi biaya Peru 5 miliar dollar per tahun, dan 60 persen Gen Z pilih migrasi kalau tak ada perubahan.
Respons Pemerintah dan Dampak Sosial: Bentrokan yang Makin Sering
Pemerintah Boluarte respons keras tapi defensif. Pada 10 Oktober, ia umumkan “paket stimulus pemuda” senilai 500 juta sol untuk beasiswa dan startup, tapi oposisi sebut ini “janji palsu” tanpa detail. Polisi tambah 2.000 personel di Lima, pakai drone untuk pantau kerumunan—hasilnya, bentrokan di Arequipa 9 Oktober tinggalkan 20 luka ringan dan blokade jalan tol. Boluarte bilang di TV nasional, “Protes ini didalangi kelompok kiri radikal,” tapi Gen Z balas dengan meme viral yang sindir gaya hidup mewahnya. Dampak sosial luas: sekolah di Lima tutup sementara, ekonomi kota rugi 10 juta sol per hari dari demo, dan hashtag #PeruGenZ dapat dukungan dari seleb Latin seperti Bad Bunny. Oposisi parlemen tuntut pemilu dini, sementara Brasil dan Kolombia tawarkan mediasi. Di kalangan Gen Z, ini bangun solidaritas—mereka bentuk jaringan nasional via Discord, rencana demo besar 15 Oktober.
Kesimpulan
Demo Gen Z di Peru yang semakin memanas adalah jeritan generasi yang muak dengan krisis ekonomi dan korupsi, dari latar frustrasi 2022 hingga tuntutan reformasi konkret. Respons Boluarte yang keras picu bentrokan, tapi juga solidaritas pemuda yang terorganisir via medsos. Ini bukan akhir; kalau tak ada dialog, protes bisa eskalasi seperti Chile 2019. Bagi Peru, Gen Z bukan ancaman—mereka masa depan yang haus perubahan. Pemerintah, dengarlah suara mereka sebelum api membesar.