Gempa di Bogor Menyebabkan 1 Rumah Warga Rusak. Kota Bogor diguncang gempa berkekuatan magnitudo 4,7 pada Rabu malam, 20 Agustus 2025, yang berpusat di Kabupaten Bekasi, menyebabkan kerusakan pada satu rumah warga di Kabupaten Bogor. Getaran yang terasa hingga beberapa wilayah di Jabodetabek ini membuat warga panik, meski tidak ada laporan korban jiwa. Sementara Arsenal menghadapi tantangan dengan cedera Kai Havertz dan adaptasi Viktor Gyokeres yang belum nyetel, peristiwa ini menambah kekhawatiran warga Bogor akan risiko gempa susulan. Dari mana asal gempa ini, siapa pemilik rumah yang rusak, dan apakah pemerintah turun tangan membantu? Berikut ulasan lengkapnya. BERITA LAINNYA
Gempa Ini Berasal Dari Mana
Gempa magnitudo 4,7 ini terjadi pada Rabu, 20 Agustus 2025, pukul 19.47 WIB, dengan pusat gempa di darat, sekitar 17 km tenggara Kabupaten Bekasi, pada kedalaman 10 kilometer. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Baribis, salah satu sesar aktif di Jawa Barat. Getaran dirasakan dengan intensitas III-IV MMI di Bekasi, yang berarti terasa nyata di dalam rumah, seperti ada truk lewat, dan menyebabkan jendela atau pintu berderik. Di Bogor, getaran terasa lebih lemah, namun cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan pada satu rumah di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea. Gempa ini juga dirasakan di wilayah lain seperti Depok, Jakarta, Tangerang Selatan, hingga Bandung, meski dengan intensitas lebih rendah. Hingga pukul 23.00 WIB, BMKG tidak mencatat adanya gempa susulan, tetapi warga diminta tetap waspada.
Siapa Pemilik Rumah Tersebut
Rumah yang rusak berat akibat gempa ini milik keluarga Bapak Sugandi, warga Kampung Kubang, Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Rumah tersebut, yang ditempati oleh keluarga beranggotakan empat jiwa, mengalami kerusakan parah pada dinding kamar, sehingga dianggap tidak aman untuk ditinggali. Menurut keterangan tetangga, gempa menyebabkan retakan besar pada tembok dan sebagian plafon ambruk, membuat keluarga Sugandi terpaksa mengungsi ke rumah saudara di desa tetangga. Bapak Sugandi, seorang petani berusia 52 tahun, mengaku kaget saat merasakan getaran yang disertai suara gemuruh. “Tiba-tiba rumah bergoyang, dinding langsung retak, kami buru-buru keluar,” ujarnya. Keluarga ini kini menghadapi kerugian material yang signifikan, karena rumah tersebut adalah satu-satunya tempat tinggal mereka.
Apakah Pemerintah Ikut Membantu Pemilik Rumah Tersebut
Pemerintah setempat, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, langsung merespons kejadian ini. Pada Kamis pagi, 21 Agustus 2025, tim BPBD mendatangi lokasi untuk melakukan asesmen kerusakan. Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, M. Adam Hamdani, menyatakan bahwa rumah keluarga Sugandi masuk kategori rusak berat dan tidak layak huni. BPBD telah berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menyediakan bantuan sementara, termasuk terpal dan kebutuhan pokok untuk keluarga terdampak. Pemerintah Kabupaten Bogor juga berencana memberikan bantuan perbaikan rumah melalui dinas terkait, meski anggaran pastinya masih dalam pembahasan. Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut memantau situasi dan siap memberikan dukungan logistik jika dibutuhkan. Warga diminta melaporkan kerusakan lain untuk memastikan pendataan yang akurat, sementara tim BPBD terus memantau potensi gempa susulan.
Kesimpulan: Gempa di Bogor Menyebabkan 1 Rumah Warga Rusak
Gempa magnitudo 4,7 yang berpusat di Bekasi pada 20 Agustus 2025 meninggalkan dampak nyata di Bogor, dengan satu rumah milik keluarga Sugandi di Desa Cibadak rusak berat. Sementara Arsenal berjuang dengan cedera Havertz dan adaptasi Gyokeres, warga Bogor dihadapkan pada realitas risiko gempa akibat aktivitas Sesar Baribis. Respons cepat BPBD Kabupaten Bogor dan rencana bantuan pemerintah menunjukkan komitmen untuk membantu keluarga terdampak, meski tantangan pemulihan tetap besar bagi keluarga Sugandi yang kehilangan tempat tinggal. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan bencana di wilayah rawan gempa seperti Jawa Barat. Dengan tidak adanya gempa susulan hingga kini, warga diimbau tetap waspada dan melaporkan kerusakan untuk mempercepat penanganan. Solidaritas masyarakat dan pemerintah kini menjadi kunci untuk membantu keluarga seperti Sugandi bangkit dari musibah ini, sembari mendorong perbaikan infrastruktur tahan gempa di masa depan.