Siapa Yang Akan Membantu Iran Dalam Perang?

siapa-yang-akan-membantu-iran-dalam-perang

Siapa Yang Akan Membantu Iran Dalam Perang? Pada 17 Juni 2025, ketegangan di Timur Tengah mencapai titik kritis setelah serangan udara Israel terhadap Iran pada 13 Juni dalam operasi “Rising Lion,” yang menargetkan fasilitas nuklir dan pangkalan militer. Iran membalas dengan meluncurkan ratusan rudal dan drone ke Israel, memicu kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas. Di Indonesia, yang menjaga posisi non-blok, pertanyaan tentang siapa yang akan mendukung Iran dalam konflik ini menjadi sorotan, mengingat dampaknya terhadap stabilitas global. Iran, sebagai kekuatan regional dengan jaringan sekutu, kemungkinan akan mendapat bantuan dari beberapa negara dan aktor non-negara. Artikel ini mengupas siapa yang mungkin membantu Iran, alasan di balik dukungan mereka, dan implikasinya terhadap dinamika geopolitik saat ini. BERITA BOLA

Rusia: Sekutu Strategis Militer: Siapa Yang Akan Membantu Iran Dalam Perang?

Rusia adalah salah satu sekutu utama Iran, dengan hubungan yang diperkuat oleh kerja sama militer dan kepentingan bersama melawan pengaruh Barat. “Kami mendukung mitra kami untuk menjaga kedaulatan mereka,” kata seorang pejabat Kremlin. Rusia telah memasok Iran dengan sistem pertahanan seperti S-300 dan teknologi militer lainnya, serta berbagi intelijen dalam konflik seperti di Suriah. Dalam konteks perang saat ini, Rusia kemungkinan akan memberikan bantuan berupa senjata, seperti rudal balistik atau drone, serta dukungan siber untuk mengganggu operasi Israel. Dukungan ini didorong oleh keinginan Rusia untuk melemahkan sekutu AS seperti Israel dan mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah, meskipun keterlibatan langsung dibatasi oleh fokus Rusia pada Ukraina.

China: Dukungan Ekonomi dan Diplomatik: Siapa Yang Akan Membantu Iran Dalam Perang?

China, sebagai mitra dagang terbesar Iran, cenderung memberikan dukungan ekonomi dan diplomatik daripada militer langsung. “Stabilitas kawasan adalah prioritas kami,” ujar seorang diplomat China. China mengimpor minyak Iran dalam jumlah besar dan telah menandatangani perjanjian investasi jangka panjang, seperti Kesepakatan Kerja Sama 25 Tahun pada 2021. Dalam konflik ini, China kemungkinan akan membantu Iran dengan pembiayaan untuk rekonstruksi atau melindungi Iran dari sanksi internasional di PBB. Secara militer, China mungkin menyediakan teknologi drone atau peralatan siber, tetapi akan menghindari keterlibatan langsung untuk menjaga hubungan dengan AS dan sekutunya. Dukungan ini mencerminkan strategi China untuk menantang hegemoni AS tanpa memicu konfrontasi terbuka.

Proksi Regional: Hezbollah dan Milisi Syiah

Iran memiliki jaringan proksi regional yang kuat, seperti Hezbollah di Lebanon dan milisi Syiah di Irak serta Suriah, yang kemungkinan akan berpartisipasi dalam perang. Meskipun Hezbollah melemah akibat serangan Israel sebelumnya, mereka tetap setia kepada Iran. “Kami akan berdiri bersama Iran melawan agresi,” kata seorang komandan Hezbollah. Proksi ini dapat melancarkan serangan roket ke Israel atau mengganggu sekutu Israel di kawasan, seperti pangkalan AS di Irak. Di Suriah, milisi yang didukung Iran bisa menyerang posisi Israel di Dataran Tinggi Golan. Dukungan proksi ini memungkinkan Iran untuk memperluas konflik tanpa mengerahkan pasukan regulernya secara langsung.

Korea Utara: Pemasok Senjata Potensial

Korea Utara, yang memiliki hubungan militer dengan Iran, mungkin berperan sebagai pemasok senjata. “Kami bekerja dengan negara-negara yang menghadapi tekanan Barat,” ujar seorang pejabat Pyongyang. Iran telah mengadopsi teknologi rudal balistik dari Korea Utara, seperti yang digunakan dalam serangan balasan pada 15 Juni. Dalam konflik ini, Korea Utara bisa menyediakan rudal, amunisi, atau komponen untuk program nuklir Iran, meskipun secara rahasia untuk menghindari sanksi internasional. Dukungan ini didorong oleh kepentingan bersama untuk menentang AS dan sekutunya, tetapi terbatas oleh isolasi diplomatik dan ekonomi Korea Utara.

Batasan dan Risiko Dukungan

Meskipun Iran memiliki sekutu, dukungan mereka tidak tanpa batas. Rusia terhambat oleh sumber daya yang terkuras akibat perang di Ukraina, sementara China enggan mengambil risiko yang dapat merusak hubungan dagang dengan Barat. “Kami mendukung Iran, tetapi stabilitas global tetap penting,” kata seorang analis China. Proksi seperti Hezbollah juga menghadapi kelemahan internal akibat kerugian sebelumnya, membatasi efektivitas mereka. Selain itu, keterlibatan sekutu Iran dapat memicu respons keras dari AS dan sekutunya, meningkatkan risiko perang global. Situasi ini menunjukkan bahwa dukungan untuk Iran akan cenderung tidak langsung, fokus pada senjata, intelijen, dan diplomasi, daripada keterlibatan militer terbuka.

Kesimpulan: Siapa Yang Akan Membantu Iran Dalam Perang?

Iran kemungkinan akan mendapat dukungan dari Rusia, China, proksi regional seperti Hezbollah, dan Korea Utara dalam konflik dengan Israel. Rusia dan Korea Utara dapat menyediakan senjata dan teknologi, China menawarkan bantuan ekonomi dan diplomatik, sementara proksi memperluas front konflik. Dukungan ini didorong oleh kepentingan bersama melawan pengaruh Barat dan Israel, tetapi dibatasi oleh risiko eskalasi dan keterbatasan sumber daya sekutu. Di Indonesia, konflik ini mengingatkan akan dampak ketegangan Timur Tengah terhadap stabilitas global, termasuk harga minyak dan keamanan. Pada 17 Juni 2025, dunia menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan dukungan sekutu dengan upaya diplomasi guna mencegah perang yang lebih luas, menekankan perlunya dialog untuk menjaga perdamaian.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *