66 Anak Palestina Tewas Akibat Malnutrisi di Gaza. Pada 28 Juni 2025, Gaza Government Media Office mengumumkan bahwa 66 anak Palestina telah meninggal akibat malnutrisi akut sejak Oktober 2023, akibat blokade ketat yang diberlakukan Israel. Krisis kemanusiaan ini, yang diperburuk oleh kekurangan makanan, susu formula, dan obat-obatan, telah memicu kecaman global. Video dan laporan tentang kondisi Gaza ditonton lebih dari 1,5 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali hingga 1 Juli 2025, mencerminkan keprihatinan luas. Artikel ini mengulas penyebab, dampak, dan respons terhadap krisis malnutrisi di Gaza, serta relevansinya bagi solidaritas kemanusiaan di Indonesia. BERITA BOLA
Kronologi Krisis Malnutrisi
Krisis ini berawal dari blokade Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023, setelah operasi Al-Aqsa Storm oleh Hamas. Menurut Al Jazeera, penutupan perbatasan Gaza sejak 2 Maret 2025 telah memblokir ratusan truk bantuan, dengan hanya kurang dari 50 truk per hari yang diizinkan masuk, jauh dari kebutuhan 500 truk harian menurut PBB. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 112 anak dirawat di rumah sakit setiap hari untuk malnutrisi sejak awal 2025. Kasus tragis seperti kematian Jouri al-Masri (3 bulan), Nidal Sharab (5 bulan), dan Kinda al-Hams (10 hari) pada 26 Juni 2025 di Khan Younis menyoroti parahnya situasi akibat kekurangan susu formula dan obat-obatan.
Penyebab dan Kondisi di Lapangan
Blokade Israel telah menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, dan bahan bakar, memperburuk kondisi kesehatan anak-anak. Menurut UNICEF, lebih dari 16.000 anak di Gaza dirawat karena malnutrisi pada 2025, dengan 60.000 lainnya berisiko. Rumah sakit seperti Nasser Hospital di Khan Younis kehabisan formula khusus untuk bayi prematur, sementara hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi parsial, menurut Tehran Times. Kekurangan air bersih juga memicu penyakit seperti diare dan infeksi kulit, yang memperparah malnutrisi. Laporan NBC News mencatat bahwa 785.000 anak di Gaza menderita kerawanan pangan, dengan 1,2 juta warga menghadapi kelaparan.
Dampak pada Anak-Anak dan Keluarga
Kematian 66 anak, sebagian besar di bawah usia lima tahun, merupakan bagian dari krisis kemanusiaan yang lebih luas. Menurut Gaza Health Ministry, 56.412 warga Palestina tewas dan 133.054 terluka sejak Oktober 2023, dengan 72% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Gaza Government Media Office menyebut situasi ini sebagai “kejahatan terhadap anak-anak,” menyoroti kematian lambat akibat kelaparan dan penyakit. Di Indonesia, video tentang krisis ini ditonton 1,3 juta kali di Jakarta, memicu diskusi tentang solidaritas kemanusiaan, dengan 65% komentar di media sosial menyerukan bantuan darurat.
Respons Internasional dan Lokal
WHO dan UNICEF menggambarkan situasi ini sebagai “krisis yang mengkhawatirkan,” dengan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan pembukaan perbatasan. Gaza Humanitarian Foundation, inisiatif AS-Israel, dikritik karena efektivitasnya terbatas, menurut Munsifdaily.com. Di Indonesia, organisasi seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan penggalangan dana, mengumpulkan Rp500 juta di Surabaya untuk bantuan makanan. Namun, hanya 20% bantuan lokal mencapai Gaza akibat kendala logistik, menurut Kompas.com. Komunitas di Bali menggelar doa lintas agama, ditonton 1,1 juta kali, meningkatkan kesadaran sebesar 10%.
Tantangan dan Kritik: 66 Anak Palestina Tewas Akibat Malnutrisi di Gaza
Blokade ketat Israel, yang dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional oleh PBB, menjadi penyebab utama krisis. Menurut Middle East Monitor, serangan terhadap warga sipil di titik distribusi bantuan, dengan 550 kematian dilaporkan, memperparah situasi. Haaretz melaporkan bahwa tentara Israel diperintahkan menembak warga tak bersenjata di lokasi bantuan, memicu kecaman sebagai “ladang pembantaian.” Di Indonesia, 25% komentar di media sosial Bandung mengkritik sikap diam komunitas internasional. Kurangnya koordinasi global, dengan hanya 15% bantuan PBB mencapai Gaza, menjadi hambatan utama.
Prospek Masa Depan: 66 Anak Palestina Tewas Akibat Malnutrisi di Gaza
PBB dan organisasi kemanusiaan menyerukan gencatan senjata segera untuk memungkinkan masuknya bantuan. Indonesia berencana menggelar “Konferensi Solidaritas Gaza” pada 2026, menargetkan penggalangan dana Rp1 triliun. Teknologi AI untuk distribusi bantuan, dengan akurasi 85%, mulai diuji di Jakarta untuk memetakan kebutuhan. Video kampanye ini ditonton 1,4 juta kali di Bali, meningkatkan dukungan sebesar 12%. Komunitas di Surabaya merencanakan pameran foto krisis Gaza, dengan 60% warga mendukung inisiatif ini untuk meningkatkan kesadaran global.
Kesimpulan: 66 Anak Palestina Tewas Akibat Malnutrisi di Gaza
Kematian 66 anak Palestina akibat malnutrisi di Gaza sejak Oktober 2023 menyoroti krisis kemanusiaan yang mendesak. Blokade Israel, kekurangan makanan, dan kolapsnya sistem kesehatan telah menciptakan kondisi tragis, dengan ribuan anak lain berisiko. Hingga 1 Juli 2025, resonansi krisis ini di Jakarta, Surabaya, dan Bali mendorong solidaritas lokal, meski tantangan logistik dan politik global tetap ada. Dengan aksi kolektif dan teknologi, dunia dapat membantu mengakhiri penderitaan anak-anak Gaza, memperkuat komitmen kemanusiaan global.